PERGERAKAN PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar Manajemen
Pendidikan Islam
yang
diampu oleh Dr.
Buna’i, S.Ag. M. Pd.
Disusun Oleh
:
Nurhalimah Irawan (18201501040142)
Nurul
Hidayat (18201501040145)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
ISLAM JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah
wasyukurillah, segala puji dan
syukur kami persembahkan kepada tuhan sang pencipta semesta, karena dengan limpahan
rahmat dan hidayahnya, kami senantiasa berada dalam genggamannya dengan penuh
kepasrahan. Sholawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada sang pencerah alam
semesta dengan cahaya keimanan. Yakni dengan kehadiran baginda Nabi Muhammad
SAW yang membawa cahaya dari langit untuk bumi yang awalnya kelabu.
Terimakasih
kami
ucapkan kepada kedua orang tua kami
yang selalu memberikan semangat kepada kami dengan doa dan kasih kami. Tidak
lupa pula kami ucapkan terimaksih kepada dosen pengampu, Dr. Buna’i, S.Ag.
M.Pd. yang telah bersedia membimbing kami, memotivasi kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Maksud
dan tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman dan
menambah wawasan bagi kami serta bagi para pembaca mengenai “Pergerakan
Pendidikan”. Kami sadar jika makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami mohon dengan sangat hormat kepada Dr.
Buna’i, S.Ag. M.Pd. untuk bersedia
mengoreksi makalah yang kami susun ini.
Harapan Kami semoga makalah
“Penggerakan Pendidikan” yang kami susun ini menjadi suatu ilmu yang
bermanfaat. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Pamekasan, 13 Maret 2016
Kelompok
VII
DAFTAR
ISI
HALAMAN
SAMPUL...................................................................................
i
KATA
PENGANTAR.....................................................................................
ii
DAFTAR
ISI...................................................................................................
iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.............................................................................
1
B. Rumusan
Masalah........................................................................
2
C. Tujuan
Penulisan..........................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pergerakan dan Kepemimpinan Pendidikan ............. 3
B. Teori Kepemimpinan ................................................................... 4
C. Tipe Kepemimpinan.....................................................................
7
D. Gaya Kepemimpinan....................................................................
8
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................
11
B. Saran.............................................................................................
11
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menurut kodrat serta
irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam
diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi sebagai
Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al-Quran Surat Al Baqarah ayat
30 yang berbunyi :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ
لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ ﴿٣٠﴾
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka
Bumi”.
Menurut Bachtiar Surin yang dikutip oleh Maman
Ukas bahwa “Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi
untuk menyampaikan atau memimpin sesuatu”. [1]
Dari uraian tersebut
jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai
seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya
ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin
besar jumlahnya serta kompleks persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan
relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat
manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan
pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa
adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam
kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki
kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang terdapat pada
makalah ini adalah:
1.
Apa pengertian pergerakan
dan kepemimpinan pendidikan?
2.
Apa saja teori
kepemimpinan?
3.
Apa saja tipe kepemimpinan?
4.
Apa saja gaya
kepemimpinan?
C.
Tujuan
penulisan
a.
Untuk mengetahui pengertian pergerakan dan kepemimpinan pendidikan.
b.
Untuk mengetahui teori kepemimpinan.
c.
Untuk
mengetahui tipe kepemimpinan.
d.
Untuk
mengetahui gaya kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pergerakan Pendidikan dan Kepemimpinan
Pergerakan
merupakan salah satu fungi manajemen yang berhubungan dengan aktivitas
manajerial dalam pelaksanaan tugas execution.
Penggerakan (actuating) adalah
tindakan untuk memulai, memprakarsai, memotivasi dan mengarahkan, serta
memengaruhi para pekerja mengerjakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan
organisasi. Ensiklopedi Administrasi sebagaimana dikutip Ukas mengartikan
penggerakan (actuating) sebagai aktivitas pokok dalam manajemen yang
mendorong dan menjuruskan semua bawahan agar berkeinginan, bertujuan, serta
bergerak untuk mencapai maksud-maksud yang hendak dicapai dan merasa
berkepentingan serta bersatu padu dengan rencana dan usaha organisasi.
Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata leadership yang
berasal dari kata leader. Pemimpin
(leader) ialah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan merupakan
jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah kepemimpinan
berasal dari kata dasar pimpin yang artinya bimbing atau menuntun.
Sedangkan kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk
menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.[1]
Seorang pemimpin melaksanakan rencana-rencana kegiatan dan
memberikan sumbangannya untuk menjadikan sebuah rencana menjadi suatu
kenyataan. Pemimpin itu menyampaikan rencana itu kepada anggotanya, menjelaskan
maksud dari kegiatan itu, mengatakan apa yang akan dibuat oleh setiap anggota,
berusaha untuk membangkitkan kegembiraan, dan berusaha untuk menyelesaikan
setiap perselisihan dikalangan angota-anggotanya.
Sebenarnya, terdapat interaksi-interaksi
timbal balik antara pemimpin dan bukan pemimpin. Bukannya tidak bisa
non-pemimpin mempengaruhi pemimpin. Tanggapan mereka atas permintaan-permintaan
sang pemimpin cenderung sangat
mempengaruhi perilaku pemimpin itu sendiri. Juga, banyak pemimpin-pemimpin,
yang mengindahkan benar prilaku yang dimulai oleh orang –orang bukan pemimpin.
Pengindahan seperti itu memberikan kepada pemimpin pegangan, mengenai kelompok
itu dan menyarankan perbaikan-perbaikan dalam perilaku pemimpin itu sendiri
untuk hubungan-hubungan yang lebih serasi.[2]
Jadi pemimpin pada
hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi
perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.[3]
B. Teori
Kepemimpinan
Banyak studi yang
dilakukan tentang kepemimpinan. Hasilnya berupa rumusan, konsep, dan teori
kepemimpinan. Studi dan rumusan kepemimpinan yang dihasilkan sangat dipengaruhi
oleh paradigma dan pendekatan yang digunakan sehingga teori-teori dihasilkan
terlihat perbedaan dalam hal metodologi, pendapat dan uraiannya, penafsiran dan
kesimpulannya. Berikut adalah beberapa teori tentang kepemimpinan yang
dirangkum oleh Kartini kartono dari G.R. Terry.
1.
Teori otokratis dan Pemimpin Otokratis
Kepemimpinan dalam teori ini didasarkan
atas perintah-perintah, paksaan, dan tindakan-tindakan yang arbitrer (sebagai
wasit). Ia melakukan pengawasan yang ketat agar semua pekerjaan berlangsung
secar efisien. Kepemimpinannya berorientasi pada struktur organisasi dan
tugas-tugas. Oleh karena itu, dia disebut otokrat keras. Pada intinya, otokrat
keras itu memiliki sifat-sifat tepat, seksama, sesuai dengan prinsip, namun
keras dan kaku. Pemimpin tidak pernah akan mendelegasikan otoritas. Lembaga
atau organisasi yang dipimpinnya merupakan a
one-man show. Dengan keras ia menekankan prinsip-prinsip business is business; “waktu adalah
uang”; untuk bisa makan, orang harus bekerja keras”; dan “yang kita kejar
adalah kemenangan mutlak”. Sikap dan prinsipnya sangat koservatif. Pemimpin akan hanya bersikap baik terhadap
orang-orang yang patuh dan loyal dan sebaliknya, dia akan bertindak keras dan
kejam terhadap mereka yang membangkang.
2.
Teori Psikologis
Teori ini menyakatan
bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan dan mengembangkan sistem
motivasi terbaik, untuk merangsang kesediaan bekerja para pengikut dan anak
buah. Pemimpin merangsang bawahan agar mereka mau bekerja guna mencapai
sasaran-sasaran oraganisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi. Oleh
karena itu, pemimpin yang mampu memotivasi orang lain akan sangat mementingkan
aspek-aspek psikis manusia seperti pengakuan (recognizing), martabat, status sosial, kepastian emosional,
memerhatikan keinginan dan kebutuhan pegawai, kegairahan kerja, minat, suasana,
hati, dan lain-lain.
3.
Teori Sosiologis
Kepemimpinan dianggap
sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antar-relasi dalam organisasi dan sebagai
usaha untuk menyelesaikan setiap konflik oranisator antara para pengikutnya
agar tercapai kerja sama yang baik. Pemimpian menetapkan tujuan-tujuan, dengan
menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir. Selanjutnya,
juga mengidentifikasi tujuan, dan kerap kali memberikan petunjuk yang
diperlukan bagi para pengikut untuk melakukan setiap tindakan yag berkaitan
dengan kepentingan kelompoknya.
4.
Teori Suportif
Menurut teori ini, para
pengikut harus berusaha sekuat mungkin dan bekerja dengan penuh gairah,
sedangkan pemimpin akan membimbing dengan sebaik-baiknya melalui kebijakan
tertentu. Untuk maksud ini, pemimpin perlu menciptakan suatu lingkungan kerja
yang menyenangkan dan bisa membantu mempertebal keinginan setiap pengikutnya
untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin, sanggup bekerja sama dengan pihak
lain, mau mengembangkan bakat dan keterampilannya, dan menyadari benar
keinginan untuk maju. Teori suportif ini biasa dikenal dengan teori
partisipatif atau teori kepemimpinan demokratis.
5.
Laissez Faire
Kepemimpinan Laissez
Faire ditampilkan seorang tokoh “ketua dewan” yang sebenarnya tidak mampu mengurus
dan menyerahkan tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua
anggota. Pemimpin adalah seorang “ketua” yang bertindak sebagai simbol.
Pemimpin semacam ini biasanya tidak memiliki keterampilan teknis.
6.
Teori kelakuan Pribadi
Kepemimpinan jenis ini
akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi atau pola-pola kelakuan para
pemimpinya. Teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin itu selalu berkelakuan
kurang lebih sama, yaitu tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam
setiap situasi yang dihadapi. Pemimpin dalam kategori ini harus mampu mengambil
langkah-langkah yang laing tepat untuk suatu masalah. Sedangkan, masalah sosial
itu tidak akan pernah identik sama di dalam runtunan waktu yang berbeda.
7.
Teori Sifat Orang-orang Besar (Traits
of Great Men)
Cikal
bakal seorang pemimpin dapat diprediksi da dilihat dengan melihat sifat,
karakter, dan perilaku orang-orang besar yang terbukti sudah sukses dalam
menjalankan kepemimpinannya. Dengan demikian, ada beberapa ciri-ciri unggul
sebagai predisposisi yang diharapkan akan dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu
memiliki intelegensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan,
emosional, memiliki daya persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki
kepercayaan diri, peka, kreatif, mau memberikan partisipasi sosial yang tinggi,
dan lain-lain.
8.
Teori Situasi
Teori situasi
berpandangan bahwa munculnya seorang pemimpin bersamaan masa pergolakan, kritis
seperti revolusi, pemberontakan, dan lain-lain. Pada saat itulah akan muncul
seorang pemimpin yang mampu mengatasi persoalan-persoalan yang nyaris tidak
dapat diselesaikan oleh orang-orang “biasa”. Pemimpin semacam ini muncul
sebagai penyelamat dan cocok untuk situasi tertentu. Dalam bahasa lain biasa
dikenal dengan “satriopiningit”, orang pilihan atau Imam mahdi.
9.
Teori Humanistik/Populistik
Fungsi kepemimpinan menurut teori ini
ialah merealisasi kebebasan manusia dan memenuhi setiap kebutuhan insani, yang
dicapai melalui interaksi pemimpin dengan rakyat. Untuk melakukan hal ini,
perlu adanya organisasi yang baik dan pemimpin yang baik, yang mau memerhatikan
kepentingan dan kebutuhan rakyat. Organisasi tersebut juga berperan sebagai
sarana untuk melakukan kontrol sosial agar pemerintah melakukan fungsinya
dengan baik, serta memerhatikan kemampuan dan potensi rakyat.[4]
C. Tipe Kepemimpinan
Dalam setiap realitasnya, pemimpin
dalam melaksanakan proses kepemimpinannya memiliki perbedaan antara yang satu
dengan yang lainnya. G.R. Terry membagi tipe kepemimpinan menjadi 6.
1.
Tipe
kepemimpinan pribadi (personal
leadership). Dalam sistem kepemimpinan ini, segala tindakan dilakukan
dengan mengadakan kontrak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau
langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2.
Tipe kepemimpinan
nonpribadi (non personal leadreship). Segala
sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media
nonpribadi, baik rencana, perintah, juga pengawasan.
3.
Tipe
kepemimpinan otoriter (autoritotian
leadreship). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sugguh,
teliti, dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara
ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4.
Tipe
kepemimpinan demokartis (democratic
leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian
dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab
tentang terlaksananya tujuan bersama.
5.
Kepemimpinan
paternalistis (paternalitis leadership).
Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam
hubungan pemimpin dan kelompok.
6.
Tipe
kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership).
Biasanya timbul dari kelompok orang-orang informal tempat mungkin mereka
berlatih dengan adanya sistem kompetisi sehingga bisa menimbulkan klik-klik
dari kelompok yang bersangkutan.
Selanjutnya menurut Kurt Lewin, tipe
kepemimpinan dibagi menjadi tiga bagian.
1.
Otokratis, pemimpin
tipe ini bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti, dan tertib. Ia bekerja menurut
peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
2.
Demokratis,
pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan
bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan
tujuannya.
3.
Laissezfaire; pemimpin yang
bertipe ini setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, menyerahkan sepenuhnya
pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
Berdasarkan pendapat diatas pada kenyataannya, tipe kepemimpinan
yang otokratis, demokratis, dan laissezfaire banyak diterapkan dalam macam organisasi, salah satunya adalah
dalam bidang pendidikan.
D. Gaya
Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan pada dasarnya
mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin,
yang menyangkut kemampuannyaa dalam memimpin yang dapat mempengaruhi
bawahannya. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan
pendapat yang disampaikan oleh E. Mulyasa. E. Mulyasa menyatakan bahwa cara
yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya tersebut dikenal
sebagai gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan
seorang pemimpin pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori
berikut.
1.
Teori Genetis
(Keturunan)
Inti dari teori menyatakan bahwa Leader or born and nor made (pemimpin itu dilahirkan [bakat]
bukannya dibuat). Para penganut teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa
seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan dengan bakat
kepemimpinan.
2.
Teori Sosial
Jika teori pertama adalah teori yang
eksterm pada satu sisi, maka teori ini eksterm pada sisi lainnya. Inti teori
sosial ini ialah bahwa Leader are made
and not born (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi,
teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini
mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi
pemimpin apabila diberi pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3.
Teori Ekologis
Kedua teori yang eksterm tersebut
tidak seluruhnya mengandung kebenaran. Oleh karena itu, sebagai reaksi terhadap
kedua teori tersebut timbullah teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis
ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin
yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian
dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan
untuk dikembangkan lebih lanjut.[5]
Menurut Mulyasa, sebagaimana dikutip
oleh Khozin, beberapa gaya yang dapat diuraikan antara lain sebagai berikut.
1.
Gaya Mendikdate
(telling)
Gaya ini diterapkan jika anak buah
dalam tingkat kematangan daya abstrak, kemauan, dan kepercayaan diri (komitmen)
rendah sehingga memerlukan petunjuk dan pengawasan yang jelas. Gaya ini lebih
cocok diterapkan pada guru maupun staf yang acuh tak acuh. Oleh karena itu,
kepala sekolah/madrasah dituntut untuk mengatakan apa, bagaimana, kapan, dan di
mana tugas dilakukan. Dengan demikian, gaya ini menekankan pada tugas,
sedangkan hubungan hanya sekadarnya saja.
2.
Gaya Menjual (selling)
Gaya ini diterapkan apabila tingkat
kematangan daya abstraknya pada taraf rendah, tetapi kemauan kerja dan
kepercayaan diri (komitmen) sangat memadai (tinggi). Gaya ini lebih cocok
diterapkan pada guru maupun staf yang sangat sibuk. Oleh karena itu, kepala
madrasah selalu memberikan petunjuk atau pengarahan yang porsinya agak banyak.
Dengan demikian, gaya ini menekankan pada tugas serta hubungan yang tinggi agar
dapat memelihara dan meningkatkan kemauan yang telah dimiliki.
3.
Gaya Melibatkan
Diri (participating)
Gaya ini diterapkan jika tingkat
kematangan daya abstraknya tinggi, tetapi kurang memiliki kemauan kerja dan
kepercayaan diri (komitmen). Gaya ini lebih cocok diterapkan pada guru maupun
staf yang suka kritik. Oleh karena itu, kepala madrasah berperan brsama-sama
dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, gaya ini tidak menekankan
pada tugas, namun upaya hubungan perlu ditingkatkan dengan membuka komunikasi
dua arah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan
untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas
yang harus dilaksanakan.
Teori kepemempinan terdiri dari teori otokratis,
psikologis, sosiologis, suportif, laissez faire, kelakuan pribadi, sifat
orang-orang besar, situasi, dan humanistik.
Tipe kepemimpinan pada umumnya yaitu tipe kepemimpinan
pribadi, nonpribadi, otoriter, demokratis, paternalistis, dan menurut bakat.
Sedangkan pada dasarnya gaya kepemimpinan diterangkan
melalui tiga teori, yaitu teori genetis, sosial, dan ekologis.
B.
Saran
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis
mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Hendaknya para pemimpin dalam bidang pendidikan,
misalnya seorang manajer dan kepala sekolah dalam melaksanakan aktivitas
kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya berdasarkan pada
kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.
2. Dalam membuat
suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para pemimpin (seorang
manajer dan kepala sekolah) memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh
para bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan kemampuannya
masing-masing.
3. Pemimpin (seorang manajer dan kepala sekolah) hendaknya
memahami betul akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Fattah, Nanang. Landasan
Manajemen Pendidikan. Bandung : Rosdakarya, 1996.
Kurniadin, Didin. dan Machali Imam. Manajemen Pendidikan. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2012.
R. Terry, George. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta:PT Bumi
Aksara, 1992.
Tim Dosen Administrasi Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Alfabeta,
2012.
Ukas, Maman. Manajemen Konsep Prinsip dan Aplikasi. Bandung: Ossa Promo, 1999.
Wahab dan Umiarso. Kepemimpinan
Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual. Jogjakarta:Ar-Ruzz media, 2011.
[1] Tim Dosen
Administrasi Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Alfabeta ,2012), hlm.126
[2] G.R. Terry, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 1992), hlm.192-194
[3] Nanang Fattah, Landasan
Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996),hlm.88.
[4] Didin
Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen
Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2012),hlm.298- 301
[5] Wahab dan
Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual, (Jogjakarta: Ar-Ruzz media,
2011),hlm.92-94
Tidak ada komentar:
Posting Komentar