Selasa, 27 Maret 2018

PERGERAKAN PENDIDIKAN




PERGERAKAN PENDIDIKAN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar Manajemen Pendidikan Islam
yang diampu oleh Dr. Buna’i, S.Ag. M. Pd.




Disusun Oleh :
Nurhalimah Irawan (18201501040142)
Nurul Hidayat (18201501040145)


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016






                                   KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Bismillahirrahmanirrahim
            Alhamdulillah wasyukurillah, segala puji  dan syukur kami persembahkan kepada tuhan sang pencipta semesta, karena dengan limpahan rahmat dan hidayahnya, kami senantiasa berada dalam genggamannya dengan penuh kepasrahan. Sholawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada sang pencerah alam semesta dengan cahaya keimanan. Yakni dengan kehadiran baginda Nabi Muhammad SAW yang membawa cahaya dari langit untuk bumi yang awalnya kelabu.
            Terimakasih kami ucapkan kepada kedua orang tua kami yang selalu memberikan semangat kepada kami dengan doa dan kasih kami. Tidak lupa pula kami ucapkan terimaksih kepada dosen pengampu, Dr. Buna’i, S.Ag. M.Pd. yang telah bersedia membimbing kami, memotivasi kami dalam menyelesaikan makalah ini.
            Maksud dan tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman dan menambah wawasan bagi kami serta bagi para pembaca mengenai “Pergerakan Pendidikan”. Kami sadar jika makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mohon dengan sangat hormat kepada Dr. Buna’i, S.Ag. M.Pd.  untuk bersedia mengoreksi makalah yang kami susun ini.
Harapan Kami semoga makalah “Penggerakan Pendidikan” yang kami susun ini menjadi suatu ilmu yang bermanfaat. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Pamekasan, 13 Maret 2016

                  Kelompok VII
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang............................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................ 2
C.     Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pergerakan dan Kepemimpinan Pendidikan .............  3
B.     Teori Kepemimpinan ...................................................................  4
C.     Tipe Kepemimpinan..................................................................... 7
D.    Gaya Kepemimpinan.................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................... 11
B.     Saran............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al-Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ ﴿٣٠﴾
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka Bumi”.
 Menurut Bachtiar Surin yang dikutip oleh Maman Ukas bahwa “Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk menyampaikan atau memimpin sesuatu”. [1]
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta kompleks persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.



[1] Maman Ukas, Manajemen Konsep Prinsip  dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999), hlm. 253.






B.       Rumusan masalah
      Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah:
1.         Apa pengertian pergerakan dan kepemimpinan pendidikan?
2.         Apa saja teori kepemimpinan?
3.         Apa saja tipe kepemimpinan?
4.         Apa saja gaya kepemimpinan?

C.      Tujuan penulisan
a.       Untuk mengetahui pengertian pergerakan dan kepemimpinan pendidikan.
b.      Untuk mengetahui teori kepemimpinan.
c.       Untuk mengetahui tipe kepemimpinan.
d.      Untuk mengetahui gaya kepemimpinan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Pergerakan Pendidikan dan Kepemimpinan
            Pergerakan merupakan salah satu fungi manajemen yang berhubungan dengan aktivitas manajerial dalam pelaksanaan tugas execution. Penggerakan (actuating) adalah tindakan untuk memulai, memprakarsai, memotivasi dan mengarahkan, serta memengaruhi para pekerja mengerjakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan organisasi. Ensiklopedi Administrasi sebagaimana dikutip Ukas mengartikan penggerakan (actuating) sebagai aktivitas pokok dalam manajemen yang mendorong dan menjuruskan semua bawahan agar berkeinginan, bertujuan, serta bergerak untuk mencapai maksud-maksud yang hendak dicapai dan merasa berkepentingan serta bersatu padu dengan rencana dan usaha organisasi.
Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata leadership yang berasal dari kata leader. Pemimpin  (leader) ialah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan merupakan jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin yang artinya bimbing atau menuntun.
Sedangkan kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.[1]
Seorang pemimpin melaksanakan rencana-rencana kegiatan dan memberikan sumbangannya untuk menjadikan sebuah rencana menjadi suatu kenyataan. Pemimpin itu menyampaikan rencana itu kepada anggotanya, menjelaskan maksud dari kegiatan itu, mengatakan apa yang akan dibuat oleh setiap anggota, berusaha untuk membangkitkan kegembiraan, dan berusaha untuk menyelesaikan setiap perselisihan dikalangan angota-anggotanya.




Sebenarnya, terdapat interaksi-interaksi timbal balik antara pemimpin dan bukan pemimpin. Bukannya tidak bisa non-pemimpin mempengaruhi pemimpin. Tanggapan mereka atas permintaan-permintaan sang pemimpin cenderung  sangat mempengaruhi perilaku pemimpin itu sendiri. Juga, banyak pemimpin-pemimpin, yang mengindahkan benar prilaku yang dimulai oleh orang –orang bukan pemimpin. Pengindahan seperti itu memberikan kepada pemimpin pegangan, mengenai kelompok itu dan menyarankan perbaikan-perbaikan dalam perilaku pemimpin itu sendiri untuk hubungan-hubungan yang lebih serasi.[2]
Jadi pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.[3]

B.  Teori Kepemimpinan
       Banyak studi yang dilakukan tentang kepemimpinan. Hasilnya berupa rumusan, konsep, dan teori kepemimpinan. Studi dan rumusan kepemimpinan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh paradigma dan pendekatan yang digunakan sehingga teori-teori dihasilkan terlihat perbedaan dalam hal metodologi, pendapat dan uraiannya, penafsiran dan kesimpulannya. Berikut adalah beberapa teori tentang kepemimpinan yang dirangkum oleh Kartini kartono dari G.R. Terry.
1.    Teori otokratis dan Pemimpin Otokratis
       Kepemimpinan dalam teori ini didasarkan atas perintah-perintah, paksaan, dan tindakan-tindakan yang arbitrer (sebagai wasit). Ia melakukan pengawasan yang ketat agar semua pekerjaan berlangsung secar efisien. Kepemimpinannya berorientasi pada struktur organisasi dan tugas-tugas. Oleh karena itu, dia disebut otokrat keras. Pada intinya, otokrat keras itu memiliki sifat-sifat tepat, seksama, sesuai dengan prinsip, namun keras dan kaku. Pemimpin tidak pernah akan mendelegasikan otoritas. Lembaga atau organisasi yang dipimpinnya merupakan a one-man show. Dengan keras ia menekankan prinsip-prinsip business is business; “waktu adalah uang”; untuk bisa makan, orang harus bekerja keras”; dan “yang kita kejar adalah kemenangan mutlak”. Sikap dan prinsipnya sangat koservatif. Pemimpin akan hanya bersikap baik terhadap orang-orang yang patuh dan loyal dan sebaliknya, dia akan bertindak keras dan kejam terhadap mereka yang membangkang.
2.    Teori Psikologis
       Teori ini menyakatan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan dan mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk merangsang kesediaan bekerja para pengikut dan anak buah. Pemimpin merangsang bawahan agar mereka mau bekerja guna mencapai sasaran-sasaran oraganisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi. Oleh karena itu, pemimpin yang mampu memotivasi orang lain akan sangat mementingkan aspek-aspek psikis manusia seperti pengakuan (recognizing), martabat, status sosial, kepastian emosional, memerhatikan keinginan dan kebutuhan pegawai, kegairahan kerja, minat, suasana, hati, dan lain-lain.
3.    Teori Sosiologis
       Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antar-relasi dalam organisasi dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik oranisator antara para pengikutnya agar tercapai kerja sama yang baik. Pemimpian menetapkan tujuan-tujuan, dengan menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir. Selanjutnya, juga mengidentifikasi tujuan, dan kerap kali memberikan petunjuk yang diperlukan bagi para pengikut untuk melakukan setiap tindakan yag berkaitan dengan kepentingan kelompoknya.
4.    Teori Suportif
       Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin dan bekerja dengan penuh gairah, sedangkan pemimpin akan membimbing dengan sebaik-baiknya melalui kebijakan tertentu. Untuk maksud ini, pemimpin perlu menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan dan bisa membantu mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin, sanggup bekerja sama dengan pihak lain, mau mengembangkan bakat dan keterampilannya, dan menyadari benar keinginan untuk maju. Teori suportif ini biasa dikenal dengan teori partisipatif atau teori kepemimpinan demokratis.
5.    Laissez Faire
       Kepemimpinan Laissez Faire ditampilkan seorang tokoh “ketua dewan” yang sebenarnya tidak mampu mengurus dan menyerahkan tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggota. Pemimpin adalah seorang “ketua” yang bertindak sebagai simbol. Pemimpin semacam ini biasanya tidak memiliki keterampilan teknis.
6.    Teori kelakuan Pribadi
       Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi atau pola-pola kelakuan para pemimpinya. Teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin itu selalu berkelakuan kurang lebih sama, yaitu tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi. Pemimpin dalam kategori ini harus mampu mengambil langkah-langkah yang laing tepat untuk suatu masalah. Sedangkan, masalah sosial itu tidak akan pernah identik sama di dalam runtunan waktu yang berbeda.
7.    Teori Sifat Orang-orang Besar (Traits of Great Men)
       Cikal bakal seorang pemimpin dapat diprediksi da dilihat dengan melihat sifat, karakter, dan perilaku orang-orang besar yang terbukti sudah sukses dalam menjalankan kepemimpinannya. Dengan demikian, ada beberapa ciri-ciri unggul sebagai predisposisi yang diharapkan akan dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu memiliki intelegensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan, emosional, memiliki daya persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki kepercayaan diri, peka, kreatif, mau memberikan partisipasi sosial yang tinggi, dan lain-lain.
8.    Teori Situasi
       Teori situasi berpandangan bahwa munculnya seorang pemimpin bersamaan masa pergolakan, kritis seperti revolusi, pemberontakan, dan lain-lain. Pada saat itulah akan muncul seorang pemimpin yang mampu mengatasi persoalan-persoalan yang nyaris tidak dapat diselesaikan oleh orang-orang “biasa”. Pemimpin semacam ini muncul sebagai penyelamat dan cocok untuk situasi tertentu. Dalam bahasa lain biasa dikenal dengan “satriopiningit”, orang pilihan atau Imam mahdi.
9.    Teori Humanistik/Populistik
       Fungsi kepemimpinan menurut teori ini ialah merealisasi kebebasan manusia dan memenuhi setiap kebutuhan insani, yang dicapai melalui interaksi pemimpin dengan rakyat. Untuk melakukan hal ini, perlu adanya organisasi yang baik dan pemimpin yang baik, yang mau memerhatikan kepentingan dan kebutuhan rakyat. Organisasi tersebut juga berperan sebagai sarana untuk melakukan kontrol sosial agar pemerintah melakukan fungsinya dengan baik, serta memerhatikan kemampuan dan potensi rakyat.[4]

C.  Tipe Kepemimpinan
Dalam setiap realitasnya, pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. G.R. Terry membagi tipe kepemimpinan menjadi 6.
1.    Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam sistem kepemimpinan ini, segala tindakan dilakukan dengan mengadakan kontrak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2.    Tipe kepemimpinan nonpribadi (non personal leadreship). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media nonpribadi, baik rencana, perintah, juga pengawasan.
3.    Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadreship). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sugguh, teliti, dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4.    Tipe kepemimpinan demokartis (democratic leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama.
5.    Kepemimpinan paternalistis (paternalitis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok.
6.    Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang informal tempat mungkin mereka berlatih dengan adanya sistem kompetisi sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan.
Selanjutnya menurut Kurt Lewin, tipe kepemimpinan dibagi menjadi tiga bagian.
1.    Otokratis, pemimpin tipe ini bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti, dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
2.    Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya.
3.    Laissezfaire; pemimpin yang bertipe ini setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Berdasarkan pendapat diatas pada kenyataannya, tipe kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissezfaire banyak diterapkan dalam macam organisasi, salah satunya adalah dalam bidang pendidikan.

D.  Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannyaa dalam memimpin yang dapat mempengaruhi bawahannya. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh E. Mulyasa. E. Mulyasa menyatakan bahwa cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.


            Gaya kepemimpinan seorang pemimpin pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut.
1.    Teori Genetis (Keturunan)
Inti dari teori menyatakan bahwa Leader or born and nor made (pemimpin itu dilahirkan [bakat] bukannya dibuat). Para penganut teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan dengan bakat kepemimpinan.
2.    Teori Sosial
Jika teori pertama adalah teori yang eksterm pada satu sisi, maka teori ini eksterm pada sisi lainnya. Inti teori sosial ini ialah bahwa Leader are made and not born (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi, teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3.    Teori Ekologis
Kedua teori yang eksterm tersebut tidak seluruhnya mengandung kebenaran. Oleh karena itu, sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut.[5]
Menurut Mulyasa, sebagaimana dikutip oleh Khozin, beberapa gaya yang dapat diuraikan antara lain sebagai berikut.
1.      Gaya Mendikdate (telling)
Gaya ini diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan daya abstrak, kemauan, dan kepercayaan diri (komitmen) rendah sehingga memerlukan petunjuk dan pengawasan yang jelas. Gaya ini lebih cocok diterapkan pada guru maupun staf yang acuh tak acuh. Oleh karena itu, kepala sekolah/madrasah dituntut untuk mengatakan apa, bagaimana, kapan, dan di mana tugas dilakukan. Dengan demikian, gaya ini menekankan pada tugas, sedangkan hubungan hanya sekadarnya saja.
2.      Gaya Menjual (selling)
Gaya ini diterapkan apabila tingkat kematangan daya abstraknya pada taraf rendah, tetapi kemauan kerja dan kepercayaan diri (komitmen) sangat memadai (tinggi). Gaya ini lebih cocok diterapkan pada guru maupun staf yang sangat sibuk. Oleh karena itu, kepala madrasah selalu memberikan petunjuk atau pengarahan yang porsinya agak banyak. Dengan demikian, gaya ini menekankan pada tugas serta hubungan yang tinggi agar dapat memelihara dan meningkatkan kemauan yang telah dimiliki.
3.      Gaya Melibatkan Diri (participating)
Gaya ini diterapkan jika tingkat kematangan daya abstraknya tinggi, tetapi kurang memiliki kemauan kerja dan kepercayaan diri (komitmen). Gaya ini lebih cocok diterapkan pada guru maupun staf yang suka kritik. Oleh karena itu, kepala madrasah berperan brsama-sama dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, gaya ini tidak menekankan pada tugas, namun upaya hubungan perlu ditingkatkan dengan membuka komunikasi dua arah.






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Teori kepemempinan terdiri dari teori otokratis, psikologis, sosiologis, suportif, laissez faire, kelakuan pribadi, sifat orang-orang besar, situasi, dan humanistik.
Tipe kepemimpinan pada umumnya yaitu tipe kepemimpinan pribadi, nonpribadi, otoriter, demokratis, paternalistis, dan menurut bakat.
Sedangkan pada dasarnya gaya kepemimpinan diterangkan melalui tiga teori, yaitu teori genetis, sosial, dan ekologis.
B.     Saran
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Hendaknya para pemimpin dalam bidang pendidikan, misalnya seorang manajer dan kepala sekolah dalam melaksanakan aktivitas kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.
 2. Dalam membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para pemimpin (seorang manajer dan kepala sekolah) memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
3. Pemimpin (seorang manajer dan kepala sekolah) hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.


DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : Rosdakarya, 1996.
Kurniadin, Didin. dan Machali Imam. Manajemen Pendidikan. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2012.
R. Terry, George. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta:PT Bumi Aksara, 1992.
Tim Dosen Administrasi Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Alfabeta, 2012.
Ukas, Maman. Manajemen Konsep Prinsip  dan Aplikasi. Bandung: Ossa Promo, 1999.
Wahab dan Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual. Jogjakarta:Ar-Ruzz media, 2011.


[1] Tim Dosen Administrasi Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Alfabeta ,2012), hlm.126
[2] G.R. Terry, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1992), hlm.192-194
[3] Nanang Fattah,  Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996),hlm.88.
[4] Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2012),hlm.298- 301
[5] Wahab dan Umiarso,  Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual,  (Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2011),hlm.92-94


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENDEKATAN MANAJEMEN PESERTA DIDIK

PENDEKATAN MANAJEMEN PESERTA DIDIK MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Peserta Didik yang diampu Bapak Abdul Aziz,...