Selasa, 27 Maret 2018

SEKULARISME DALAM PERSPEKTIF ISLAM




SEKULARISME DALAM PERSPEKTIF ISLAM

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Studi Islam Yang Diampu Oleh Bapak Dr. H. Noor Hasan, M.Ag.



Disusun Oleh
Kelompok 8
Akhmad Basofi
NIM. 18201501040019
Moh. Arisandi
NIM. 18201501040115
Nurhayati
NIM. 18201501040143








PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2016





KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang hingga saat ini masih berkenan memberikan kepercayaan-Nya kepada kita semua untuk menikmati segala karunia-Nya dan hanya berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam. Makalah ini berisi tentang Sekularisme Dalam Perspektif Islam.
Dalam pelaksanaan makalah ini, penulis telah mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan yang berupa materi maupun bantuan dukungan moril.
Penulis menyadari selama menulis makalah ini banyak pihak yang telah membantu, oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1.        Kedua orang tua yang telah mendidik serta membantu penulis sampai saat ini.
2.        Bapak Dr. H. Noor Hasan, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Pengantar Studi Islam yang selalu memberikan materi serta motivasi kepada kami.
3.        Teman-teman manajemen pendidikan 2016 yang selalu membantu memberikan saran dan kritik dalam pembuatan makalah ini.  
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk di masa yang akan datang agar  karya ilmiah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

   
                                                                                 Pamekasan, 16 November 2016
                                                                                                      Penulis

                                                                                                   Kelompok 8


DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................     i
Daftar Isi........................................................................................     ii
BAB I:                        PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang................................................     1
B.     Rumusan Masalah............................................    1
C.     Tujuan Pembahasan...........................................   1

BAB II:           PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sekularisme....................................    2
B.     Latar Belakang Munculnya Sekularisme..........    2
C.     Hubungan Agama Dengan Sekularisme............  5
D.    Sekularisme Dalam Perspektif Islam.................   6

BAB III:         PENUTUP
A.    Kesimpulan......................................................... 8
B.     Saran................................................................... 8


DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 10





BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Sekularisme secara terminologi sering didefinisikan sebagai sebuah konsep yang memisahkan antara agama dan negara. yaitu, bahwa negara merupakan lembaga yang mengurusi tatanan hidup yang bersifat duniawi dan  tidak ada hubungannya dengan yang berbau akhirat, sedangkan agama adalah lembaga yang hanya mengatur hubungan manusia dengan hal-hal yang bersifat metafisis dan bersifat spiritual, seperti hubungan manusia dengan tuhan. Maka menurut para sekuler, negara dan agama yang dianggap masing-masing mempunyai kutub yang berbeda tidak bisa di satukan. Masing-masing haruslah berada pada jalurnya sendiri-sendiri.
Sekularisme sebuah konsep kebebasan berfikir yang menyangkut pemisahan dari agama untuk menjelaskan pandangannya yang mendukung tatanan sosial terpisah dari agama, tanpa meremehkan atau mengkritik sebuah kepercayaan beragama dan berhubungan dengan kehidupan, membantu tercapainya kesejahteraan di dunia dalam masyarakat dan budaya.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa Pengertian Sekularisme ?
2.    Bagaimana Latar Belakang Munculnya Sekularisme ?
3.    Bagaimana Hubungan Agama Dengan Sekularisme ?
4.    Bagaimana Sekularisme Dalam Perspektif Islam ?

C.  Tujuan Masalah
1.    Untuk Mengetahui pengertian Sekularisme.
2.    Untuk mengetahui Latar Belakang Munculnya Sekularisme.
3.    Untuk Mengetahui Hubungan Agama Dengan Sekularisme.
4.    Untuk mengetahui Sekularisme Dalam Perspektif Islam.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sekularisme
Sekularisme adalah sebuah paham atau ideologi yang didasarkan pada paham pemisahan antara urusan dunia dan agama, atau paham yang melarang agama untuk ikut campur dalam berbagai keputusan manusia dalam urusan dunia, termasuk dalam pengembangan ilmu pegetahuan dan teknologi.[1]
Paham sekularisme didasarkan pada adanya perbedaan antara paradigma urusan dunia, termasuk ilmu pengetahuan dengan urusan agama. Dalam hal ilmu pengetahuan misalnya, pandangan sekularisme berpendapat, bahwa ilmu berasal dari manusia, sedangkan agama berasal dari tuhan. Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat realistis dan empiris, sedangkan agama menginformasikan hal-hal yang idealistis dan eskatologis. Ilmu bertolak dari keraguan, sedangkan agama bertolak dari keyakinan. Pendeknya kaum sekularisme memandang bahwa wilayah agama dan wilayah ilmu sangat berlainan, dan karenanya tidak perlu saling berhubungan atau saling mengintervensi antara satu dan lainnya.[2]
B.       Latar belakang Munculnya Sekularisme
Munculnya sekularisme dalam pengertian menjauhkan atau menyingkirkan agama dari ilmu pengetahuan dan urusan dunia itu, sesungguhnya bukan hanya terjadi di abad pertengahan ketika para ilmuwan memprotes kebijakan kaum agama yang berpusat pada kekuasaan gereja, melainkan sudah ada sejak zaman yunani kuno dan zaman arab jahiliyah, yang selanjutnya dikenal dengan sebagai kaum dabriyin. Pada filsafat yunani kuno misalnya, terdapat aliran Cynics yang besal dari Antisthenes (444-370 S. M) yang menganggap bahwa perbuatan yang utama adalah mencari kelezatan dan menjauhi kepedihan. Menurut aliran ini, bahwa kebahagiaan terdapat dalam mencapai kelezatan dan mengutamakannya. Di dalam islam orang yang berpandangan sekularis ini disebutkan kaum dabriyin, yang mamandang agama sebagai utopis dan akhirat sebagai  khayalan yang sesungguhnya tidak ada, dan karenanya mereka tidak peduli pada akhirat sebagaimana diinformasikan oleh agama.[3]
Sekularisme berbeda dengan sekularisasi dalam agama sebagaimana yang digagas misalnya, oleh Nurcholish Madjid, sekularisasi yang dimaksud Nurcholish Madjid bukanlah memisahkan urusan dunia dari agama sebagaimana disebutkan di atas, melainkan memahami urusan agama sebagai masalah agama, dan urusan dunia sebagai urusan dunia, walaupun keduanya saling membutuhkan. Misalnya masalah partai politik adalah urusan dunia yang dapat berubah sepanjang zaman, karena ia adalah produk pikiran manusia. Oleh karena itu, partai politik ataupun yang merupakan produk manusia jangan dianggap sakral, apalagi dianggap dapat mendatangkan manfaat atau menolak mudharat, sebagaimana yang dijumpai pada masyarakat animisme. Namun Nurcholish Madjid memandang agar urusan dunia yang provan itu memiliki nilai transendental dan tidak disalahgunakan hendaknya didasarkan pada moralitas agama. Dengan pandangan sekularisasi ini, sesungguhnya Nurcholish Madjid ingin agar umat islam tidak takut melakukan inovasi dan modernisasi terhadap hal-hal yang bukan agama. Dengan cara demikian, manusia akan terbebas dari kejumudan yang menjadi pangkal terjadinya keterbelakangan umat.[4]
Sekularisme tidak seperti sekularisasi yang menisbikan semua nilai dan memberikan keterbukaan dan kebebasan yang perlu bagi tindak manusia dan untuk sejarah. Demi alasan ini mereka menganggap sekularisme sebagai ancaman terhadap sekularisasi dan mendesak bahwa hal itu harus diawasi dengan kesiagaan dan di kekang serta dicegah agar tidak menjadi ideologi negara.[5]
Secara umum, sekularisme dicirikan dengan:
1.    Pemisahan pemerintah dari ideologi-ideologi keagamaan dan struktur-struktur eklesiastik
2.    Ekspansi pemerintah untuk melaksanakan fungsi-fungsi pengaturan dalam bidang sosial ekonomi yang semula ditangani struktur-struktur keagamaan
3.    Kekuasaan pemerintah terhadap kepercayaan dan praktek-praktek keagamaan dan struktur eklesiastik. Hal ini mencakup ekspansi pemerintahan ke dalam apa yang diakui sebagai ruang linkup yang murni keagamaan untuk menghancurkan atau sacara radikal merubah agama.[6]
Tiga aspek sekularisme ini adalah universal di dalam perkembanagan pemerintahan-pemerintahan modern lebih dari satu setengah abad yang lalu. Aspek-aspek itu universal sekurang-kurangmya di dalam substansinya, sungguhpun sisa-sisa sistem tradisional mungkin masih ada.[7]
Adapun sekularisme yang terjadi di masa sekarang memiliki akar pada gerakan renaissance, yang bermula atas terjadinya pertentangan antara kaum ilmuwan dengan kalangan gereja. Dengan mengatas namakan tuhan dan kitab suci, gereja memaksa para ilmuwan untuk mencabut teori-teorinya dalam berbagai bidang ilmu yang bertentangan dengan keputusan gereja. Untuk memaksakan kehendaknya ini, maka kaum gereja mengeluarkan kebijakan inquisition atau pengadilan dalam rangka membersihkan paham yang bertentangan dengan gereja, dengan cara menggunakan kekerasan, mulai dari pemecatan atau pencopotan jabatan, hingga pada penyiksaan, kurungan penjara, bahkan pembunuhan. Keadaan ini ternyata tidak meyurutkan nyali para ilmuwan, melainkan terus melakukan perlawanan baik secara fisik maupun ideologis. Melalui usaha yang keras dan motivasi yang tinggi, para ilmuwan berhasil melahirkan berbagai ideologi sekuler, seperti materialisme, naturalisme, komunisme dan berbagai cabang dan turunannya, seperti pragmatisme, hedonisme, liberalisme, positivisme, antroposentrisme, dan sebagainya. Sejak munculnya gerakan tersebut, tanpa memedulikan agama, bahkan salah satu aliran ideologi sekularisme yang bercorak eksistensialisme dan liberalisme, memandang bahwa Tuhan sudah mati.[8]
Berdasarkan fakta sejarah ini, tampak bahwa akar penyebab timbulnya sekularisme tersebut berawal dari sikap kaum agama yang tidak memberikan ruang gerak bagi akal untuk mengekspresikan gagasan dan pemikiran yang diperlukan bagi kemajuan umat manusia. Sekularisme terjadi karena arogansi kaum agama dan kaum rasionalis. Sekularisme telah menimbulkan sebuah kemajuan yang pincang, timpang dan berat sebelah, yakni kemajuan yang hanya bertumpu pada akal pikiran dan hasil pengamatan panca indera. Hal yang demikian tidak bisa menjawab kebutuhan fitrah manusia secara utuh, yakni makhluk yang bukan hanya butuh hal-hal yang bersifat materi dan akal pikiran, melainkan hal-hal yang bersifat spiritual, yakni ketenangan batin yang hakiki yang dilahirkan karena kepatuhan kepada tuhan yang menciptakan manusia dan berbagai kebutuhan hidupnya, serta yang menunjukkan manusia ke jalan yang lurus melalui hidayah-Nya, serta nilai-nilai luhur yang ada di dalam firman-Nya, yang menjamin sebuah kehidupan yang tertib, aman, damai, tolong-menolong, bermakna, bermartabat, berkualitas, dan memiliki tujuan jangka panjang.[9]
C.       Hubungan Agama Dengan Sekularisme
Menurut Amien rais, munculnya sekularisme di eropa bersamaan dengan renaisance dan reformasi yang mengakibatkan ambruknya institusi gereja dan negara. Tesis pokok sekularisme adalah bahwa mekarnya modernisasi dan perkembangan politik membuat agama kehilangan daya tarik dan pengaruhnya atas manusia modern. Dalam perkembangannya, sekularisme memiliki dua varian: (1.) sekularisme moderat; agama sebagai urusan-urusan pribadi sehingga tidak dapat mencampuri urusan publik (seperti politik) dan dunia material (2.) sekularisme radikal; memusuhi agama yang dipandang sebagai perintang kemajuan, seperti dalam komunis. menurut Amien rais, sekularisme baik yang moderat apalagi yang radikal, tidak memperoleh tempat dalam agama islam.[10]
Di dunia islam, sekularisme merupakan masalah yang sangat peka (sensitive). Oleh karena itu, dalam membicarakan masalah ini diperlukan penanganan yang ekstra hati-hati agar tidak muncul sikap apriori di kalangan kaum muslim. Sekularisme tidak dapat diperbincangkan secara tepat, tanpa penguasaan memadai atas teori-teori tentang keramat, spiritual, dan transenden yang disalahtafsirkan oleh penguasa, serta tanpa perhatian untuk  mendobrak kesadaran yang salah, dogmatisme dan fanatisme yang telah berkembang selama berabad-abad.[11]
Islam dapat berjalan dengan sekularisme dalam hal sama-sama memperhatikan masalah duniawi. Akan tetapi, islam secara prinsip menolak sekularisme karena yang terakhir ini dalam rangka memusatkan perhatiannya kepada masalah dunia itu, telah secara sadar memalingkan muka dari agama atau wahyu dan tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Umat islam menentang sekularisme karena sekularisme adalah proses proses yang membawa orang, golongan, atau masyarakat semata-mata berhaluan duniawi, kian lama kian memalingkan muka dari nilai-nilai norma-norma ilahi yang abadi, kian lama kian memalingkan muka dari agama atau wahyu dan tuhan. Di sisi lain islam adalah agama harmoni, agama keseimbangan antara dunia dan akhirat.[12]
D.      Sekularisme Dalam Perspektif Islam
Islam sama sekali tidak bisa membenarkan penyebaran paham sekularisme di sampingnya dengan berbagi tugas antara keduanya itu, Islam hanya berfungsi di dalam urusan akidah dan sekularisme pula berfungsi di dalam urusan syariat. Sekularisme bukan berasal dari Islam dan Islam berlepas tangan dari paham kufur ini dan tidak ada hubungan dengannya. Siapa saja dari umat islam yang mengagungkan sekularisme untuk memperoleh kemajuan dengan tidak perlu beramal dengan islam maka sangat membahayakan akidahnya. Sekularisme bukan hanya sekedar berpandangan “politik satu suku dan agama satu suku lain”. Tetapi dengan menyempitkan ruang lingkup agama, itu juga termasuk dalam sekularisme seperti beramal dengan islam secara separuh. Apa yang memberi keuntungan dan kemudahan diterima. Namun, manakala mendatangkan kesusahan ditolak.[13]
Ringkasnya sekularisme adalah satu paham yang memisahkan antara urusan agama dan kehidupan dunia seperti politik, pemerintahan, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Yang jelas menurut paham sekular, soal bernegara, berpolitik, berekonomi dan sebagainya tidak ada kaitannya dengan soal agama.
Fatwa MUI tentang sekularisme:
1.    Mengenai Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan sekularisme agama adalah memisahkan urusan dunia dari agama, agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan tuhan, sedangkan hubungan dengan sesama manusia diatur hanya dengan berdasarkan kesepakatan sosial.
2.    Mengenai Ketentuan Hukum
- Sekularisme agama Sebagaimaa yang dimaksud pada bagian pertama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama islam.
-  Umat islam haram mengikuti paham sekularisme agama.
-  Dalam masalah aqidah dan ibadah, umat islam wajib bersikap eksklusif, dalam arti haram mencampuradukkan aqidah dan ibadah umat islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama lain.
- Bagi masyarakat muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain, dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat islam bersikap inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan agama lain sepanjang tidak saling merugikan.










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Sekularisme adalah sebuah paham atau ideologi yang didasarkan pada paham pemisahan antara urusan dunia dan agama, atau paham yang melarang agama untuk ikut campur dalam berbagai keputusan manusia dalam urusan dunia, termasuk dalam pengembangan ilmu pegetahuan dan teknologi.
2.      akar penyebab timbulnya sekularisme tersebut berawal dari sikap kaum agama yang tidak memberikan ruang gerak bagi akal untuk mengekspresikan gagasan dan pemikiran yang diperlukan bagi kemajuan umat manusia. Sekularisme terjadi karena arogansi kaum agama dan kaum rasionalis.
3.      Islam dapat berjalan dengan sekularisme dalam hal sama-sama memperhatikan masalah duniawi. Akan tetapi, islam secara prinsip menolak sekularisme karena yang terakhir ini dalam rangka memusatkan perhatiannya kepada masalah dunia itu, telah secara sadar memalingkan muka dari agama atau wahyu dan tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Islam sama sekali tidak bisa membenarkan penyebaran paham sekularisme di sampingnya dengan berbagi tugas antara keduanya, Islam hanya berfungsi di dalam urusan akidah dan sekularisme pula berfungsi di dalam urusan syariat. sekularisme adalah satu paham yang memisahkan antara urusan agama dan kehidupan dunia seperti politik, pemerintahan, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Yang jelas menurut paham sekular, soal bernegara, berpolitik, berekonomi dan sebagainya tidak ada kaitannya dengan soal agama.
B.     Saran
1.      Dengan adanya makalah ini diharapkan supaya kepala sekolah bisa tahu tentang penerapan kepemimpinan transformatif dalam sistem pendidikan islam tersebut agar lembaga tersebut berjalan secara efektif dan efisien.
2.      Dengan adanya makalah ini diharapkan menjadi bahan bacaan serta sumber referensi bagi yang  membutuhkan. Makalah ini memang masih sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan guna perbaikan pada makalah selanjutnya.



[1] Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Iindonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 329
[2] Ibid, hlm. 329-330
[3] Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Iindonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 330
[4] Ibid, hlm. 330-331
[5] Muhammad Al-Naquib Al-Attas, Islam dan Sekularisme, (Bandung: PUSTAKA, 1981), hlm. 23
[6] Zulfi Mubaraq, Sosiologi Agama, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 96
[7] Ibid
[8] Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Iindonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 331
[9] Ibid, hlm. 332
[10] Zulfi Mubaraq, Sosiologi Agama, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 96
[11] Ibid, hlm. 98
[12] Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 184
[13] Ibid, hlm. 112




DAFTAR PUSTAKA


Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010.
Anshari, Saifuddin, Endang. Wawasan Islam. Jakarta: Gema Insani. 2004.
Al-Attas, Al-Naquib, Muhammad. Islam dan Sekularism. Bandung: Pustaka. 1981.
Mubaraq, Zulfi. Sosiologi Agama. Malang: UIN-Maliki Press. 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENDEKATAN MANAJEMEN PESERTA DIDIK

PENDEKATAN MANAJEMEN PESERTA DIDIK MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Peserta Didik yang diampu Bapak Abdul Aziz,...